Monday, July 8, 2013

Pun aku tak akan

Awan deras dan angin keras
mengangkat debu dan pasir bertaburan
berlari lari jua dedaunan
ribut kelam dan suram

namun masih ada cahaya
menerongkah masuk dari celah liang liang dinding tembok
menerobos mata yang silau dari sinar
mengheret, merobek dan menarik langkah kaki
tidak patuh menyusun dan menyimpang jauh

getir menjalar meramas tubuh
mengikat ketat setiap inchi keringat
urat urat di bawah kulit timbul
menggesa diri ini
jangan kau rebah!

Angin ribut pun aku tak akan rebah
Ombak tsunami pun aku tak akan rebah
Hujan meteor pun aku tak akan rebah
Gempa bumi pun aku tak akan rebah

Yang aku akan terus pegang tali ini
Dan yang aku gigit kemas pesan itu

Tsunami menyantun kelibat dari mata yang kecil
Gah berlarinya menyapu hingga yang terpencil
Tidak mau langkahnya berhenti
Tidak mau ngaumannya tertuli
walaupun tiada ia bersuara dan berkaki

Hujan meteor merejam langit
Membara bak rengusan api naga
Meluncur bak lembing pendekar
yang tiada hati perut untuk berhenti
melanggar dan memusnah


Angin ribut pun aku tak akan rebah
Ombak tsunami pun aku tak akan rebah
Hujan meteor pun aku tak akan rebah
Gempa bumi pun aku tak akan rebah

Yang aku akan terus pegang tali ini
Dan yang aku gigit kemas pesan itu

** InsyaAllah


SafronLubis
-- Ya Allah, tiada daya dan kekuatan kecuali kekuatanMu..
Isnin



Sunday, June 16, 2013

Sepasang Kasut, Syukur, Tawadhuk, Bangga dan Riak

Terniat dihati ingin membeli sepasang sepatu baru untuk ke kantor setiap pagi. Namun harus ditunggu lagi seminggu sehingga wang upah bulanan diterima. Namun Allah Maha Kaya, Karunia rezekiNya membuatkan isteri ku ingin belanja. Wang cukai yang dihantar semula kepada pemiliknya menjadikan jumlah terkumpul agak besar. Dianggap juga sebagai wang yang tiada tujuan matlamat. Daripada dihabiskan begitu saja, ada  baiknya dibelanja untuk pakaian dan keperluan.

Asalnya ingin membeliku sehelai baju, katanya. Namun aku menggusarkan keperluan sepatu kerna yang lama sudah terbekah tapaknya, tidak selesanya, tercabut jahitnya dan risau dipakainya. Namun setahu aku ongkos nya lebih besar dari sehelai baju, sepasang sepatu itu. Jadi aku minta dia bersetuju untuk aku menambah barang sedikit wang dari kocekku.

Nah, sepatu baru yang dari jenamanya amat umum. Dipakai pada hari pertama minggu ini. Pada pagi ahad itu dikeluarkan dari kotak dan sarung kainnya. 

MasyaAllah.. rezeki Mu aku rasakan riak. Ini hanyalah sepasang sepatu yang di injak-injak. Bukan satu yang patut dibangga bangga di riak riak.

Sedetik itu aku tersadar.

Dengan hanya sepasang sepatu, Allah Maha Bijaksana mengajarkan aku tentang hikmah.

Berbangga dengan apapun menjadikan kita kufur nikmat. Apatah lagi riak, ujub dan takabbur dengannya.

Lansung tidak bangga dan gembira, bukan bermaknya kita tidak bersyukur padaNya dengan NikmatNya

Adalah yang paling utama, hubungan kita sebagai hambaNya. Menerima sepasang sepatu, melaungkan syukur padaNya.

Namun dimata dunia, hanyalah ia sepasang sepatu.


Wajarkah banggakan sepasang sepatu, kita ingkar laranganNya?

wajarkan riak dengan sepasang sepatu mahal, kita ingkar laranganNya?

perlukah merasa ujub hanya dengan sepasang sepatu?

Berbaloikah takabbur dengan sepasang sepatu?



Sepasang sepatu ini, aku memakainya dengan rasa terima kasih padaNya. Daripada sepatu ini juga, Allah mengajarkan arti zuhud. Mungkin hanya secebis dari lautan ilmu zuhud, namun aku bersyukur kerana diberi pemahaman ini.


Ya  Rab, Segala Puji Hanyalah UntukMu..
Ya Rab, Yang Maha Suci...
Ampunilah Dosaku.. Ampunilah Dosaku..