Langit Jingga
SafronLubis
Langit biru yang sentiasa biruKagum masih namun terasa
Langit jingga yang menyaksi
Derap langkah yang memijak bumi itu
Diri berat menampung seribu lukisan
Dalam dunia jingga musim luruh
Udara tidak menyimpan haba lagi menyorong beban
Dunia bergerak perlahan
Suara suara mula redup dan sayut
Setiap petikan gitar menjadi nadi
nadi menari nari dengan lukisan jiwa
Setiap petikan gitar menjadi suara
suara menyanyi nyanyi dengan irama hati
Dunia jingga biasan langit petang
Jalan tar, dinding konkrit pendek
Sawah padi yang sempit
Deretan rumah orang muda
Berselang-seli dengan roda speda berputar
Berkali kali lalui jalan yang sama
Setiap nyanyian suara menjadi lukisan
lukisan bergerak gerak tanpa sutradara
Setiap korus lagu menjadi lukisan
lukisan berulang ulang tanpa layar
Pahit menggamit segenap ceruk urat
Mencekik, menjerut perut dan dada
Menghimpitkan rasa kecewa dan kekalahan
Namun mataku masih bulat bersinar
Dan tanganku masih kemas menggenggam bara
Setiap lukisan menjadi seribu pedangBergegar gegar bahu
Menusuk kejam setiap inci tubuh
Setiap irama menjadi sabungan petir
Petir memekakkan hati dan menggegar jiwa
Nafas menjadi padu
Mata bulat dengan tekad
Tangan kemas menggenggam
Lukisan indah menjadi sembilu jiwa
Kaki takkan kenal penat
Meski ke mana jalan ini pergi
Tekad ini tidak mahu rehat
Langit Jingga menghiasi jiwa
Indah dalam matanya tercermin di wajahnya
Namun senyumnya tawar
kerna jiwanya tidak setenang petang yang jingga itu
- jangan putus asa sampai mati -
safronlubis - kkerian